Perkembangan Hortikultura di Indonesia
Tanaman hias dan bunga
potong, telah berkembang sejak 1983 di daerah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatra Timur, Yang terdiri dari bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias pohon,
anggrek, anyelir, mawar, krisan, gladiol, dan sebagainya.
Jumlah dan jenis – jenis komoditas baru mulai meningkat, seperti melon, jagung manis, brokoli, sedikit demi sedikit mulai berkembang.
Kondisi usaha Hortikultura di Indonesia tergambar sebagai berikut :
vLahan
terbatas, biasanya bertanam di pekarangan,
vBudidaya tradisional, bibit asal – asalan, kadang kala tidak sesuai dengan
vAgroklimat, demikian pula dengan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit.
vJenis tanamannya heterogen,
vPenanganan pasca panen masih sangat sederhana.
Tanaman sayuran memegang peranan, penting namun dilihat dari peningkatan eksportnya peranan buah – buahan cukup besar. Sedangkan bunga potong dan tanaman hias terutama dihasilkan pada daerah dataran tinggi, kecuali jenis Anggrek dapat dibudidayakan di dataran rendah.
Peranan hortikultura adalah :
a).
Memperbaiki gizi masyarakat,
b) Memperbesar devisa negara,
c) Memperluas kesempatan kerja,
d) Meningkatkan pendapatan petani,
e) Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
Sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu :
a) Tidak dapat disimpan dalam waktu lama,
b) Butuh tempat lapang (voluminous),
c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,
d) Melimpah-ruah pada suatu musim tertentu, dan langka pada musim
yang lain,
e) Harganya fluktuatif sangat tajam (Notodimedjo,
1997).
Prospek Hortikultura :
Komoditas hortikultura memiliki proespek cerah karena keunggulan komparatif
dan kompetitif yang dimilikinya. Oleh karenanya pengembangan hortikultura perlu mendapatkan perhatian pemerintah dan para wirausahatani umumnya. Beberapa contoh negara yang megandalkan komoditas hortikultura sebagai sumber devisa negara, misalnya : Thailand dengan hortikultura Bangkoknya, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan
pisangnya, Israel dengan apel, jeruk, anggur dan
sebagainya.
Pengembangan Hortikultura di
Indonesia :
Pengembangan
hortikultura di Indonesia umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat, pengelolaannya masih secara alami dan
tradisional, serta jenis komoditas yang
diusahakan masih terbatas. Namun, jika ditinjau dari data selama Pelita
V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan
keragaman komoditas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan,
yaitu pada periode 1988 – 1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran
dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha, dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha
menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).
Terjadinya peningkatan produktivitas sayuran dan buah-buahan tersebut diatas karena tingginya responsif
dan semangat para Wirausahatani terhadap inovasi
teknologi yang berupa : penerapan
teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit bermutu. Fakta ini menunjukkan bahwa komoditas
hortikultura memiliki potensi sebagai salah
satu sumber pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian. Oleh
karena itu, kedepan pengelolaan hortukultura perlu ditingkatkan lagi
penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
PERBANDINGAN
NILAI PDB HORTIKULTURA TERHADAP SUB SEKTOR LAINNYA TAHUN 2005
(BERDASARKAN HARGA KONSTAN)
B.
PELUANG DAN TANTANGAN
Peluang Pengembangan Hortikultura :
Indonesia merup negara tropis dengan
wilayah yang cukup luas, variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan kekayaan SDA yang sangat potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk
tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga
menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat
berlangsung sepanjang tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, tingkat pendidikan yang cukup baik, juga merupakan kekayaan SDM yang sangat besar dalam pengembangan hortikultura.
Peluang pasar komoditas
hortikultura dalam negeri akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi
di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga
ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor.
Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa
kebutuhan masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun,
ternyata baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun
(Sunaryono, 1987, dalam Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin
adanya peluang dan tantangan yang harus kita hadapi.
Tantangan Pengembangan Hortikultura :
Di era globalisasi ini,
kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karenanya kita harus mampu
memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif, yang harus ditingkatkan secara
kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman
bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses
tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman, ditentukan oleh
kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan
yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya
saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang
dihasilkan.
Menghadapi persaingan
yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu
seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan
mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu
membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara
mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar