Kamis, 02 Februari 2012

Slide 11 - 20 (BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA)


Perkembangan Hortikultura di Indonesia
Tanaman hias dan bunga potong, telah berkembang sejak 1983 di daerah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Timur, Yang terdiri dari bunga  potong, tanaman hias pot, tanaman hias pohon, anggrek, anyelir, mawar, krisan, gladiol, dan sebagainya.
Jumlah dan jenisjenis komoditas baru mulai meningkat, seperti melon, jagung manis, brokoli, sedikit demi sedikit mulai berkembang.
Kondisi usaha Hortikultura di Indonesia tergambar sebagai berikut :
vLahan terbatas, biasanya bertanam di pekarangan,
vBudidaya tradisional, bibit asalasalan, kadang kala tidak sesuai dengan
vAgroklimat, demikian pula dengan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit.
vJenis tanamannya heterogen,
vPenanganan pasca panen masih sangat sederhana.
Tanaman sayuran memegang peranan, penting namun dilihat dari peningkatan eksportnya peranan buahbuahan cukup besar. Sedangkan bunga potong dan tanaman hias terutama dihasilkan pada daerah dataran tinggi, kecuali jenis Anggrek dapat dibudidayakan di dataran rendah.

Peranan hortikultura adalah :
a). Memperbaiki gizi masyarakat,
b)  Memperbesar devisa negara,
c)  Memperluas kesempatan kerja,
d)  Meningkatkan pendapatan petani,
e)  Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu :
a) Tidak dapat disimpan dalam waktu lama,
b) Butuh tempat lapang (voluminous),
c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,
d) Melimpah-ruah pada suatu musim tertentu, dan langka pada musim yang lain,
e) Harganya fluktuatif sangat tajam (Notodimedjo, 1997).

Prospek Hortikultura :
Komoditas hortikultura memiliki proespek cerah karena keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya. Oleh karenanya pengembangan hortikultura perlu mendapatkan perhatian pemerintah dan para wirausahatani umumnya. Beberapa contoh negara yang megandalkan komoditas hortikultura sebagai sumber devisa negara, misalnya : Thailand dengan  hortikultura Bangkoknya, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, Israel dengan apel, jeruk, anggur dan sebagainya.


Pengembangan Hortikultura di Indonesia :
Pengembangan hortikultura di Indonesia umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat, pengelolaannya masih secara alami dan tradisional, serta jenis komoditas yang diusahakan masih terbatas. Namun, jika ditinjau dari data selama Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas telah menunjukkan hasil  yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 – 1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha,  dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).

Terjadinya peningkatan produktivitas sayuran dan buah-buahan tersebut diatas karena  tingginya responsif dan semangat para Wirausahatani terhadap inovasi teknologi yang berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit  bermutu. Fakta ini menunjukkan bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian. Oleh karena itu, kedepan pengelolaan hortukultura perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.






PERBANDINGAN NILAI PDB HORTIKULTURA TERHADAP SUB SEKTOR LAINNYA TAHUN 2005
(BERDASARKAN HARGA KONSTAN)



B. PELUANG DAN TANTANGAN
Peluang Pengembangan Hortikultura :
Indonesia merup negara tropis dengan wilayah yang cukup luas, variasi agroklimat yang tinggi,  merupakan kekayaan SDA yang sangat potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, tingkat pendidikan yang cukup baik, juga merupakan kekayaan SDM yang sangat besar dalam pengembangan hortikultura.
Peluang pasar komoditas hortikultura dalam negeri akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa kebutuhan masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987, dalam Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan tantangan yang harus kita hadapi.





Tantangan Pengembangan Hortikultura :
Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karenanya kita harus mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif, yang harus ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman bagi pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman, ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar